Bumi adalah rumah bagi kehidupan yang sangat rumit dan beraneka ragam. Jutaan
jenis tumbuhan dan hewan yang berbeda hidup di bumi dengan sangat harmonis.
Keharmonisan ini begitu sempurna sehingga kehidupan terus berlanjut tanpa
terusik, kecuali oleh campur tangan sengaja manusia. Karena kehidupan ini
terancang dan tertata sempurna, maka sudah pasti ada yang menciptakan. Dia-lah
Allah, Tuhan Yang Esa, Pencipta langit dan bumi dari ketiadaan; dan segala
sesuatu di antara keduanya
Darwin
Teori evolusi yang dikemukakan di abad ke-19 menolak fakta
penciptaan ini. Teori ini menyatakan bahwa beragam makhluk hidup di bumi bukan
diciptakan Allah, melainkan muncul menjadi ada akibat proses yang dikendalikan
secara penuh oleh peristiwa alam tak disengaja, atau secara kebetulan.
Pencetus teori ini adalah ilmuwan amatir ilmu alam bernama Charles
Darwin. Darwin memaparkan teori ini dalam bukunya The Origin of
Species, yang terbit pada tahun 1859.
Teori Darwin menyatakan bahwa semua spesies makhluk hidup berasal
dari satu nenek moyang yang sama, melalui perubahan bertahap sedikit demi
sedikit dalam waktu lama. Darwin tidak mampu memberikan bukti meyakinkan untuk
membenarkan pernyataannya ini. Bahkan ia sendiri menyadari banyak fakta penting
yang dapat menggugurkan teorinya. Ia mengakui hal ini dalam bukunya pada bab
berjudul “Difficulties on Theory” (Kesulitan-kesulitan Teori). Darwin
berharap kesulitan-kesulitan ini akan teratasi oleh penemuan ilmiah di masa
mendatang. Namun, kemajuan di bidang ilmu pengetahuan ternyata malah mengugurkan
pernyataan Darwin satu demi satu.
Asal-Usul Kehidupan
Darwin sama sekali tidak mengulas pertanyaan ini dalam bukunya. Ia bahkan tidak menyadari bahwa ini adalah salah satu bantahan terbesar terhadap teorinya. Penguasaan ilmu pengetahuan yang sederhana di masanya menganggap bahwa kehidupan memiliki bentuk sangat sederhana.
Para evolusionis menyatakan bahwa makhluk hidup paling pertama yang muncul di bumi adalah sel tunggal yang terbentuk dari benda mati dengan sendirinya, secara kebetulan, dan tidak diciptakan dengan sengaja. Menurut teori ini, pada saat bumi masih terdiri atas bebatuan, tanah, gas dan unsur lainnya, suatu organisme hidup terbentuk dengan sendirinya secara kebetulan akibat pengaruh angin, hujan, dan halilintar. Tetapi pernyataan evolusi ini bertentangan dengan salah satu kaidah paling mendasar biologi: Kehidupan hanya berasal dari kehidupan sebelumnya, yang berarti benda mati tak dapat memunculkan kehidupan.
Kepercayaan bahwa benda maati dapat memunculkan kehidupan (generatio spontanea) sebenarnya telah ada dalam bentuk kepercayaan takhayul sejak abad pertengahan. Waktu itu, sejumlah percobaan dilakukan untuk membuktikan teori ini. Segenggam gandum diletakkan pada kain kotor dengan harapan tikus akan muncul darinya. Belatung pada daging juga dijadikan bukti bahwa kehidupan dapat muncul dari benda tak hidup. Tapi di kemudian hari diketahui bahwa belatung tidak dapat muncul dengan sendirinya melainkan berasal dari larva tidak kasat mata yang diletakkan lalat pada daging. Dan di masa Darwin, kepercayaan bahwa mikroba mudah terbentuk dari benda tak hidup sangatlah umum.
Pasteur
Tetapi, lima tahun setelah penerbitan buku The Origin of Species, ilmuwan
biologi Prancis terkenal Louis Pasteur secara ilmiah menggugurkan mitos yang
meletakkan dasar bagi teori evolusi ini. Setelah pengkajian dan penelitian
panjang, Pasteur akhirnya sampai pada kesimpulan yang sangat penting ini:
“Mampukah materi melakukan pembentukan sendiri? Tidak, saat ini tidak ada
kondisi yang pernah diketahui, yang dengannya seseorang dapat membuktikan bahwa
makhluk-makhluk mikroskopis telah terbentuk di bumi tanpa induk yang menyerupai
mereka”.





