D. Sabar
Keharusan sabar
bagi Mukmin
Karena sabar adalah ciri dari seorang Mukmin.
“Dan
orang-orang yang sabar dalam kesempitan penderitaan dan dalam peperangan,
mereka itulah orang-orang yang benar (imannya) dan mereka itulah orang-orang
yang bertaqwa.” (Al-Baqarah 2:177)
“Hai
orang-orang yang beriman bersabarlah kamu dan kuat-kanlah kesabaranmu.” (QS.
Ali Imran 3:220)
Sabar di sini ialah ibadah dan pendekatan
diri kepada Allah SWT.
“Dan
untuk Robbmu hendaklah kamu bersabar.” (QS. Al-Muddatstsir:7)Cobaan bagi
ahli iman adalah suatu kepastian
“Dan
sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada
orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka
mengucapkan : “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi rajiuun” (Al Baqarah 2:155-156)
“Kamu
sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh
akan mendengar dari orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan dari
orang-orang yang mempersekutuan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan
hati. Jika kamu bersabar dan bertaqwa, maka sesungguhnya yang demikian itu
termasuk urusan yang patut diutamakan.” (QS. Ali Imran 3:186)
“Dan
di antara manusia ada yang mengabdi Allah pada garis batas, hingga jika ia
memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu dan jika ia ditimpa oleh
suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akherat.
Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.” (QS. Al Hajj 22:11)
Keutamaan Sabar
“Tidaklah
seorang muslim menderita karena kesedihan, kedudukan, kesusahan, kepayahan,
penyakit dan gangguan duri yang menusuk tubuhnya kecuali dengan itu Allah
mengampuni dosa-dosanya.” (HR. Bukhori)
“…
Siapa yang berlatih kesabaran, maka Allah akan menyabarkannya. Dan tiada orang
yang mendapat karunia (pemberian) Allah yang lebih baik atau lebih dari
kesabaran.” (HR. Bukhari, Muslim)
Bersabda
Rasulullah saw.: Sangat mengagumkan keadaan seorang mukmin, sebab segala
keadaannya untuk ia sangat baik dan tidak mungkin terjadi demikian kecuali bagi
seorang mukmin: Jika mendapat nikmat ia bersyukur, maka syukur itu lebih baik
baginya dan bila menderita kesusahan; sabar, maka kesabaran itu lebih baik
baginya.” (HR. Muslim)
Mensyukuri suatu nikmat berarti memupuk
nikmat dan menimbulkan pahala yang lebih besar dari kenikmatan dunia yang telah
diterima. Demikian pula jika menderita bala’ kesusahan, lalu sabar, maka pahala
kesabaran merubah suasana bala’ menjadi kenikmatan sebab pahala yang tersedia
baginya, jauh lebih besar daripada penderitaan-nya.
Bersabda
Rasulullah saw.: Siapa yang dikehendaki oleh Allah padanya suatu kebaikan
(keuntungan), maka diberinya penderitaan. (HR. Bukhari)
Aspek-aspek Sabar dalam
Al-Qur’an
·
Sabar terhadap petaka dunia
“Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan
sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. Yaitu orang-orang yang
apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi
raaji’uun. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari
Allah dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al Baqarah
2:155-157)
“Mukmin yang kuat adalah lebih baik dan Allah lebih
mencintai daripada mukmin yang lemah, dan dalam segala sesuatupun ada kebaikan.
Jagalah barang yang
berguna bagi dirimu dan mohonlah pertolongan Allah dan janganlah engkau merasa
lemah. Bila ada sesuatu yang menimpamu, maka janganlah engkau mengatakan,
“Jikalau sekirannya aku lakukan begini niscaya akan begini. Akan tetapi
katakanlah, “Allah telah mentakdirkan, dan apapun yang Dia kehendaki Dia
perbuat, karena sesungguhnya perkataan ‘kalau …’ itu membuka kesempatan bagi
syaitan untuk bekerja (memperdaya).” (HR. Muslim)
Dalam Al-Qur’an
dicontohkan sabar Nabi Ayyub dalam menang-gung penderitaan sakit an kehilangan
anggota keluarganya. Sabar Nabi Ya’qub berpisah dengan dua orang putranya (Yusuf
dan saudaranya) dan dusta serta tipu muslihat anak-anaknya kepadanya.
Sabar ditimpa
musibah, ialah teguh hati ketika mendapat cobaan, baik yang berbentuk
kemiskinan maupun berupa kematian, kecelakaan, nasib sial, dsb.
·
Sabar terhadap gejolak nafsu
Secara lebih
spesifik meliputi sabar menyangkut kesenangan hidup, sabar terhadap dorongan
nafsu seksual serta sabar untuk tidak marah dan dendam.
“Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan
sebagai ujian.” (QS. Al Anbiyaa:35)
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu
dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat
demikian mereka itulah orang-orang yang rugi.” (QS. Al Munaafiquun: 9)
Allah SWT baik dalam memberikan kesenangan
ataupun pembata-san rezeki merupakan ujian dan cobaan.
“Dan
jika kamu memberikan balasan , maka balaslah dengan balasan yang sama dengan
siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya
itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.” (QS. An Nahl: 126)
Sabar terhadap kehidupan dunia, ialah sabar terhadap tipu daya
dunia; jangan sampai terikat hati kepada kenikmatan hidup duniawi. Kehidupan
dunia hendaknya dipahami bukan sebagai tujuan hidup, namun hanya sebagai alat
untuk mempersiapkan diri menghadapi kehidupan yang abadi.
·
Sabar dalam ketaatan kepada Allah
Yaitu sabar dalam
ketaatan kepada Allah SWT dengan melaksana-kan seluruh tugas dan kewajiban
dalam beribadah kepada-Nya
“Dan perintahkanlah kepada umatmu mendirikan shalat dan
bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu
(sebaliknya) Kamilah yang membe-ri rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu
adalah bagi orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Thaahaa:132)
Seorang yang taat dan patuh membutuhkan
sabar dalam tiga hal.
Pertama, sabar
sebelum ketaatan yaitu dengan ikhlasun niyyah dalam melawan bayang-bayang riya.
Kedua, sabar pada
saat bekerja (operasional) agar tidak melalaikan Allah dan tidak malas untuk
menepati pelaksanaan peraturan dan hukum Allah, dan memenuhi syarat-syarat
peraturan hingga tuntas seluruh pekerjaannya. Selalu sabar melawan kelemahan,
kekesalan dan kejenuhan.
Ketiga, setelah
selesai pekerjaan dibutuhkan kesabaran dengan tidak merasa bangga dan menepuk
dada karena riya dan mencari popularitas, sehingga mengakibatkan hilangnya
keikhlasan.
·
Sabar dalam kesulitan berdakwah di jalan Allah
Berdakwah di jalan
Allah diliputi kesal, sakit hati, korban perasaan dan beban berat yang tidak
dapat dipikul kecuali oleh orang-orang yang mendapat rahmat Allah SWT.
“Hai anakku dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)
mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan yang mungkar dan
bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu
termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)” (QS. Luqman: 17)
Kesulitan berdakwah
dapat dialami dalam berbagai bentuk, misalnya berhadapan dengan telinga dan
hati yang terkunci, berhadapan dengan gangguan manusia atau berhadapan dengan
panjangnya jalan yang ditempuh.
Tentu saja
kemenangan tercapai setelah perjuangan yang gigih dan dahsyat melalui
penderitaan terus-menerus, ditimpa malapetaka, kesengsaraan dan digoncang
dengan bermacam-macam cobaan, sehingga mereka berseru, “Bilakah datang
kemenangan dari Allah. Dan Allah menjanjikan bahwa kemenangan sudah dekat.”
“Sehingga apabila para Rasul tidak mempunyai harapan lagi
(tentang keimanan kaum kafir) dan telah meyakini bahwa mereka telah didustakan,
datanglah kepada para Rasul itu pertolongan Kami lalu diselamatkan orang-orang
yang Kami kehendaki dan tidak dapat ditolak siksa Kami terhadap orang-orang
yang berdosa.” (QS. Yusuf:110)
Sabar dalam
perjuangan, adalah sikap menyadari sepenuhnya bahwa setiap perjuangan
mengalami masa naik dan masa turun, masa menang dan masa kalah, masa sukses dan
masa gagal. Bila perjuangan
belum berhasil, sabarlah menerima kenyataan dengan mengevaluasi dan menyusun
kembali rencana selanjutnya. Sebaliknya jika perjuangan sukses, sabarlah
mengendalikan emosi kejiwaan dengan tawadhu’ dan syukur kepada Allah SWT.
·
Sabar di medan perang
·
Sabar dalam pergaulan antar manusia
Aspek ini meliputi
sopan santun pergaulan dalam masyarakat dan hubungan antar bangsa.
‘Dan
bergaulah dengan mereka (istri-istrimu) secara patut. Kemudian bila kamu tidak
menyukai mereka (maka bersabar-lah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu,
padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS. An Nisaa
4:19)
bersambung....