“Dan, tawakallah kepada Allah. Cukuplah Allah sebagai
pelindung.” (QS. An-Nisa’:81)
“Dan hanya kepada Allah hendaknya kalian bertawakal, jika
kalian benar-benar orang yang beriman.” (QS. Al-Maidah:23)
“Dan
barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya.” (QS. Ath-Thalaq:3)
“Kemudian apabila kalian telah membulatkan tekad, maka
bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakal kepada-Nya.” (QS. Ali Imran:159)
“Jika Allah menolong kalian, maka tak ada orang yang
dapat mengalahkan kalian, dan jika Allah membiarkan kalian (tidak memberikan
pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kalian (selain) dari
Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang Mukmin
bertawakal.” (QS. Ali Imran:160)
Allah menjadikan
tawakal sebagai salah satu sifat orang-orang Mukmin yang fundamental.
“Katakanlah, ‘Sekali-kali tidak akan menimpa kami
melainkan apa yang teah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah Pelindung kami, dan
hanyalah kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.” (QS.
At-Taubah 9:51)
“Dan,
hanya kepada Allah hendaknya kalian bertawakal, jika kalian benar-benar orang
yang beriman.” (QS. Al-Maidah 5:23)
Hakikat Tawakal
Bisyr Al-Hafy berkata, “Andaikata seseorang
benar-benar bertawakal kepada-Nya, tentu dia ridha terhadap apa yang dilakukan
Allah terhadap dirinya.”
Tawakal adalah berserah diri kepada ketetapan
dan takdir Allah dalam setiap keadaan. Jika dia bertawakal dengan
sebenar-benarnya tawakal, berarti ridha terhadap apa pun yang dilakukan
pelindungnya.
Abu Turab An Bakhsyaby berkata, “Tawakal
adalah jika diberi dia bersyukur dan jika ditahan dia bersabar.”
Tawakal tidak benar kecuali disertai
pelaksanaan sebab. Jika tidak, maka itu batil dan merupakan tawakal yang rusak.
Orang yang bertawakal merasa tenang karena
ada janji Allah, orang yang berserah diri cukup dengan pengetahuan tentang
Allah dan orang yang pasrah ridha terhadap hikmah Allah.
”Dan,
tida ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allahlah yang memberi
rezkinya.” (QS. Hud:6)
“Dan,
berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezkinya sendiri.
Allahlah yang memberi rezki kepadanya dan kepada kalian dan Dia Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Ankabut:60)
Muslim yang bertawakal bukan
berarti mengabaikan upaya mencari rezki. Mereka tetap berusaha dan mengeluarkan
jerih payahnya. Tetapi mereka merasa tenang, karena yakin tak seorang pun yang
akan memakan bagian rezkinya yang telah ditentukan Allah baginya.
Diantara buah tawakal, bahwa
tatkala orang yang bertawakal kepada Allah menyodorkan sebagian sebab seperti
yang telah diperin-tahkan dan sesuai dengan kesanggupannya, maka apa yang ada
di luar kekuatannya akan disempurnakaan oleh kekuasaan Ilahy Yang Mahatinggi.
Tawakal tidak menafikan
pertimbangan sebab (Ikhtiar)
Ada
seorang laki-laki datang sambil membawa onta betina miliknya, seraya bertanya,
“Wahai Rasulullah, apakah saya harus membiarkan onta ini dan saya bertawakal,
ataukah saya harus mengikatnya dan bertawakal?” Beiau menjawab, “Berilah tali
kekang dan bertawakallah.”
Rasulullah
bersabda “Andaikata kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya
tawakal, niscaya Dia akan memberi kalian rezki sebagaimana Dia memberikan rezki
kepada burung, yang pergi dalam keadaan perut kosong dan kembali lagi dalam
keadaan kenyang.”
Sabda beliau ini mengisyaratkan
adanya sebab. Allah tidak memberi jaminan kekenyangan kepada burung yang pergi
kecuali kepergiannya itu untuk aktif bergerak dan menyebar untuk mencari makan.
Buah tawakal
kepada Allah
a.
Ketenangan dan Ketentraman
Karena meyakini
adanya pertolongan dari Allah untuk menyem-purnakan apa yang ada diluar
kekuatannya.
b.
Kekuatan
Yaitu kekuatan spiritual dan jiwa yang
melebihi kekuatan material, kekuatan senjata maupun kekuatan uang. Kekuatan ini
yang menjadi berkah bagi seorang muslim dalam menghadapi berbagai persoalan /
masalah / ancaman yang dihadapinya.
“Orang-orang
yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah, berkata, ‘Berapa banyak terjadi
golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah.
Dan Allah beserta orang-orang yang sabar’. Tatkala Jalut dan tentaranya telah
tampak oleh mereka, mereka pun berdoa, “Ya Rabb kami, tuangkanlah kesabaran
atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap
orang-orang kafir’. Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan
izin Allah.” (QS. Al-Baqarah 2:249-251)
c.
Keperkasaan
Orang yang
bertawakal adalah orang yang perkasa sekalipun tanpa dukungan. Hati mereka
bergantung kepada Allah, tidak membutuh-kan kecuali rahmat-Nya dan tidak takut
kecuali adzab-Nya.
d.
Ridha
Sebagian ulama
berkata, “Selagi aku ridha kepada Allah sebagai pelindung, maka kudapatkan
jalan untuk setiap kebaikan.
e.
Harapan
Orang yang
bertawakal kepada Allah tidak mengenal rasa putus asa di dalam hatinya. Sebab
Al-Qur’an sudah mengajarinya bahwa keputusasaan merupakan benih kesesatan dan
kufur.
“Ibraham berkata, ‘Tidak ada orang yang berputus asa dari
rahmat Allah kecuali orang-orang yang sesat.” (QS. Al-Hijr :56)
Seorang muslim
senantiasa memiliki harapan untuk memperoleh keberuntungan yang diminta,
keselamatan dari sesuatu yang tidak disukai, kemenangan kebenaran atas
kebatilan, petunjuk atas kesesatan, keadilan atas kezhaliman dan kesulitan yang
lenyap.
Wahai orang yang
dizhalimi dan kalah, wahai orang yang dianiaya dan kesulitan, wahai orang yang
terluka dan ditimpa bencana, janganlah engkau putus asa, sekalipun banyak
rintangan yang menghadang di depanmu. Sesungguhnya Dzat yang mengetahui hal-hal
yang gaib, yang mengampuni dosa dan membalik hati, akan menyingkirkan kesusahan
darimu, mewujudkan apa yang engkau minta, sebagaimana penyakit yang akhirnya
dijauhkan dari dir Ayyub dan kembalinya Yusuf kepada Ya’qub.
Pendorong-pendorong
Tawakal
1.
Mengetahui Allah dengan Asma’ul Husna-Nya
Barangsiapa mengetahui Allah sebagai Rabb yang
pengasih dan penyayang, yang perkasa, bijaksana, mendengar, mengetahui, hidup,
berdiri sendiri, kaya, terpuji, melihat, berkuasa, pemberi rezki, kuat, tidak
ada sesuatu pun yang tersembunyi dari pengeta-huan-Nya, tidak ada sesuatu pun
yang membuat-Nya lemah, bias berbuat apa pun yang Dia inginkan dan kehendaki di
masa lalu atau pun yang akan datang, maka dia tentu merasa terdorong untuk
bersandar dan bertawakal kepada-Nya.
Siapapun yang lebih mengetahui Allah dan
sifat-sifat-Nya, maka tawakalnya lebih benar dan lebih kuat.
2.
Percaya kepada Allah
Percaya kepada Allah merupakan buah
pengetahuan. Jika seseorang mengetahu Allah dengan sebenar-benarnya, tentu dia
akan percaya kepada-Nya secara utuh, jiwanya menjadi tenang dan hatinya menjadi
tentram.
Gambarannya adalah bercaya bahwa Dia lebih
menyayangi hamba-hamba-Nya, melebihi rasa kasih saying orang tua kepada anaknya
dan bahka Dia lebih santun terhadap mereka daripada kesantunan mereka terhadap
dirinya sendiri. Dia lebih mengetahui kemaslaha-tan mereka daripada pengetahuan
mereka sendiri.
Gambaran lain adalah percaya kepada janji
yang disebutkan Allah di dalam Kitab-Nya, bahwa Dia adalah pelindung
orang-orang yang beriman, pendukung dan penyelamat mereka. Dia senantiasa
bersama mereka untuk memberi pertolongan dan Dia tidak akan mengingkari janji.
Gambaran lain adalah percaya kepada jaminan
rezki yang diberikan kepada makhluk-Nya.
“Sesungguhnya
Allah, Dialah Maha Pemberi rezki, Yang Mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.” (QS.
Adz-Dzariyat:58)
3.
Mengetahui Diri Sendiri dan Kelemahannya
Orang yang jauh dari
tawakal adalah yang terperdaya oleh keadaan dirinya sendiri, yang mengagumi
ilmunya, yang bangga dengan kekuatannya, yang tertipu dengan kekayaan yang
dimilikinya, yang mengira bahwa dia tidak lagi membutuhkan Allah.
“Ketahuilah,
sesungguhnya manusia itu benar-benar melampaui batas, karena dia melihat
dirinya serba cukup.” (QS. Al-Alaq’:6-7)
Tawakal bias digambarkan dari orang yang
merasa membutuhkan kepada pelindung dan tidak mungkin baginya untuk tidak
membutuhkannya sekalipun hanya sekejap mata.
4.
Mengetahui Keutamaan Tawakal
“Dan, barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya
Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. Ath-Thalaq:3)
5.
Hidup bersama Orang-orang yang Bertawakal