Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan. (Yasin: 65). Pada zaman Rasululullah SAW ada seorang pemuda yang gemar berzina. Kegemarannya ini sudah diketahui oleh masyarakat. Bahkan, Rasul yang mulia pun mengetahui tabiat buruk sang pemuda.
Ketika banyak orang memeluk Islam, pemuda itu juga ingin memeluk agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad itu. Tapi, ia khawatir jika memeluk Islam kegemarannya itu akan dilarang oleh Sang Nabi. Maka, ia pun ragu-ragu antara ingin menemui Nabi untuk menyatakan niatnya memeluk Islam atau tak usah menemuinya sama sekali.
Namun, keinginannya untuk masuk Islam sangat kuat. Apalagi ia menyaksikan para tetangganya yang telah memeluk Islam hidup dalam ketenteraman dan kedamaian. Si pemuda pun penasaran, apalagi ketika ia mendengar dari para tetangganya itu bahwa Islam itu agama yang mudah dan tidak memberatkan. Maka, ia pun membulatkan tekadnya untuk menemui Rasulullah SAW.
Kepada Nabi ia utarakan niatnya memeluk Islam. Dan, alangkah senangnya ia ketika mendengar sendiri dari Rasulullah bahwa beliau tidak menyinggung-nyinggung soal kegemarannya itu. Rasulullah cuma menyebut satu syarat baginya untuk bisa memeluk Islam: ''Jangan berbohong!'' ''Kalau cuma itu syarat untuk memeluk Islam, baiklah wahai Rasulullah saya bersedia masuk Islam,'' jawab si pemuda.
Maka, dengan suka cita ia meninggalkan majelis Rasulullah untuk kembali kepada kaumnya. Di sepanjang jalan ia tak habis-habisnya bergumam, ''Islam ternyata memang gampang. Rasulullah cuma melarang saya untuk berbohong.''
Suatu saat si pemuda berhasrat untuk berzina. Namun, ia ragu melakukannya. ''Nanti kalau Rasulullah bertanya dari mana saya, lalu apa jawab saya? Saya pasti akan berkata seadanya. Sebab, Nabi melarang saya untuk berbohong,'' katanya dalam hati. Dan, ia pasti akan malu mengatakannya. Maka, niat untuk berzina itu pun ia tanggalkan. Begitu seterusnya, setiap kali muncul niatnya untuk berzina, maka setiap kali pula ia berhasil meredamnya. Akhirnya, ia sadar bahwa Islam melarang perbuatan zina.
Kisah ini menarik untuk kita simak manakala kebohongan sudah menjadi konsumsi masyarakat kita sehari-hari. Praktik mark-up, impor gula ilegal, illegal logging, laporan fiktif (yang di era Orba dikenal dengan istilah laporan ABS asal bapak senang), dan KKN, merupakan bagian dari tindak kebohongan.
Berbohong bukan saja akan mendatangkan kesengsaraan, tapi perbuatan itu percuma saja kita lakukan. Sebab, di akhirat kelak, sebagaimana disebutkan ayat di atas, panca indera kita akan mengatakan sejujurnya apa yang telah kita perbuat. Jika di dunia ini mulut kita bisa berbohong, di akhirat nanti perbuatan tercela itu tak bisa lagi kita lakukan. Sebab, saat itu mulut kita terkunci. Namun, tangan dan kaki serta anggota tubuh kita yang lainlah yang akan berbicara. Krisis multidimensi yang mendera bangsa ini akan segera berakhir manakala masyarakat dan pemerintah menjauhkan diri dari sifat bohong. Wallahu a'lam. (Rusdiono AR)
sumber : republika